Menjaga Tradisi Di Tengah Pandemi, Gusti Aning : Pemprov Harus Fasilitasi Melalui Dana Keistimewaan
"Ajining bangsa saka budaya" (hebatnya suatu bangsa ada dari budayanya) Filosofi jawa ini patut di pertahankan dalam era globalisasi pada saat ini, di mana derasnya komunikasi digital menjadi alat untuk memperdaya generasi muda milenial.
Budaya adalah senjata untuk memanusiakan manusia, karena dengan budaya terlihat jati diri, baik sebagai pribadi maupun sebuah bangsa. Hal tersebut di ungkapkan kerabat keraton kasultanan Yogyakarta. Raden Mas Kukuh Hertasning atau yang akrab di panggil Gusti Aning saat menyambangi paguyuban olahraga budaya Patri jiwo. Patri jiwo sendiri kependekan dari (panahan tradisi ajining budayo jowo) yang terletak di Dusun widoro kidul, Kalurahan Bendung, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul.
Dengan pelestarian olahraga budaya ini di harapkan timbul dalam jiwa generasi milenial sifat kesatria seperti yang di inginkan Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792) di mana mengharuskan pengikutnya mengikuti pelatihan memanah sebagai pembentukan karakter kesatria.
"Jemparing berawal dari Sultan Hamengku Buwono I di mana mengharuskan para pengikutnya belajar memanah sebagai sarana pembentuk watak kesatria, sehingga dalam olahraga budaya jemparing ini banyak memiliki filosofi jawa untuk kehidupan,"kata Gusti Aning di hadapan anggota paguyuban Patri Jiwo, Rabu (8/8).
Lebih lanjut Gusti Aning menuturkan bahwa sifat kesatria yang di inginkan Sultan Hamengku Buwono I yaitu ada empat nilai sebagai falsafah hidup bagi masyarakat Yogyakarta.
"Ada empat sifat yaitu Sawiji berarti satu, menyatu, terpadu, Greget diartikan sebagai gigih, semangat, kerja keras dan dinamis, Sengguh berarti percaya diri dalam bertindak tanpa pongah atau besar kepala (tetap rendah hati). Ora mingkuh berarti konsisten bertanggungjawab terhadap semua keputusan. Jemparing juga memiliki filosofi jawa lain yaitu roso atau rasa dalam jiwa, rumongso itu sadar atau merasa sadar, dan ngerumangsani itu menyadari atau Menjadi sadar," tutur Gusti Aning dengan runut.
Gusti Aning (tengah) di damping istri dan Lurah Kalurahan Bendung Didik RubiyantoIa berharap agar generasi milenial ini tidak hanya mengenal namun juga dapat mempertahankan tradisi turun temurun, sehingga mata rantai budaya tidak putus di makan jaman.
Lebih lanjut ia berharap pemerintah provinsi melalui Dinas kebudayaan yang telah berubah nomenklatur menjadi khunda kabudayan ini dapat memfasilitasi para pelestarian kebudayaan jawa yang ada di DIY dengan dana keistimewaan nya.
"Budaya itu culture sehingga cakupannya luas, sedangkan kesenian atau art itu bagian dari culture itu sendiri sehingga budaya olahraga jemparing mataraman ini bisa di fasilitasi melalui dana keistimewaan," tutupnya.
Sementara itu Patri Jiwo sebagai sebuah paguyuban budaya menghadapi pandemi covid-19 tidak lantas berdiam diri dari kemampuan setiap anggotanya membuat usaha mikro dengan membuat gendewa (busur), cengkolak (pegangan busur) dan banyak lagi kreasi dan di pasarkan melalui media online kepada sesama penjemparing.
WAP
Post a Comment