Integrated Farming Tujuan Pemerintah Dalam Menciptakan Lumbung Mataraman Dan Upaya Melawan Covid-19
Gunungkidul (jogjaberkabar.id)- Pertanian memiliki peran penting dalam menghadapi pandemi covid-19, karena sektor pertanian tidak terdampak ada nya pandemi. Dari pertanian itu pula ketahanan pangan di Indonesia dapat menopang kebutuhan pangan masyarakat.
Terlebih pertanian yang terintegrasi dengan peternakan sehingga memperkuat lagi mata rantai ketahanan pangan di Indonesia.
Dengan semangat meningkatkan ketahanan pangan di DIY, maka pemerintahan provinsi DIY mencetuskan program lumbung mataraman dan dengan semboyan "makan seng di tandur, tandur seng di pangan" (makan yang di tanam, dan tanam yang di makan). Melalui anggaran Dana keistimewaan di harapkan masyarakat mampu bangkit dari keterpurukan akibat pandemi.
Hal tersebut di sampaikan kepala Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) provinsi DIY Ir. Sugeng Purwanto MMA saat meninjau secara langsung kesiapan Kalurahan Bendung yang akan menerima Dana keistimewaan dalam program lumbung mataraman, Balai Kalurahan Bendung.
kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan provinsi DIY Ir. Sugeng Purwanto memberikan pengantar di balai Kalurahan Bendung"Kegiatan hari ini untuk meninjau kesiapan Kalurahan Bendung yang akan menerima Dana keistimewaan dari program lumbung mataraman," kata Ir. Sugeng Purwanto kepada jogjaberkabar.id Senin (9/8).
Turut mendampingi kepala Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) kabupaten Gunungkidul Ir. Bambang Wisnu Broto juga meninjau integrated farming yang ada di Kalurahan Bendung.
Ada pun integrated farming sendiri menggabungkan antara peternakan yang bersinergi dengan pertanian. Di mana di Kalurahan Bendung sudah terdapat peternakan domba plasma dan juga termasuk sudah tersedia nya pabrik pengolahan pakan ternak baik domba maupun sapi.
Kepala DPKP Ir. Sugeng Purwanto saat meninjau pabrik pengolahan pakan ternak milik Aam Fahrudin warga Garotan, Kalurahan BendungIr. Sugeng Purwanto mengatakan bahwa dana keistimewaan itu tidak melulu mengenai kesenian semata namun integrated farming ini juga bagian dari budaya dalam menguatkan ketahanan pangan yang guna menghadapai krisis pangan yang di timbulkan oleh covid-19. Didasarkan adanya peringatan dini dari FAO tentang krisis pangan. Hal tersebut meningkatkan perhatian pemerintah akan pentingnya ketahanan pangan dalam jangka panjang.
"Ini sudah lengkap, dan sangat bagus di mana pertanian sudah ada, peternakan plasma juga sudah ada, industri pakan ternaknya sudah ada. Tinggal di bangun masyarakat nya," kata Sugeng Purwanto.
Sementara itu Kapala Dinas pertanian dan pangan kabupaten Gunungkidul Ir. Bambang Wisnu Broto mengatakan instansinya juga sedang membentuk para bibit petani milenial di Kabupaten Gunungkidul, khususnya Kapanewon Semin.
"Bicara pariwisata kita tau tidak semua wilayah di Gunungkidul memiliki obyek wisata, seperti Kapanewon Semin contoh nya. Sehingga kami mencoba bersama para lurah untuk mengembangkan pertanian yang berbasis integrated farming ini menjadi obyek wisata atau yang kita kenal dengan agrowisata dimana pertanian bisa tampil sebagai komandannya. Selain masyarakat dapat hasil pertanian dan peternakan dan juga bisa di jadikan obyek wisata pertanian," ungkap Kepala DPP Bambang Wisnu Broto.
Lurah Kalurahan Bendung Didik Rubianto berharap dengan terciptanya lumbung mataraman dan pembinaan terhadap para petani milenial akan terciptanya integrated farming yang memang sedang menjadi prioritas baik oleh pemerintah provinsi maupun pusat.
"Kami berharap dana keistimewaan segera dapat di gelontorkan di Kalurahan Bendung ini, sehingga cita-cita bersama dalam mewujudkan lumbung mataraman dan integrated farming dapat di segerakan," ungkap Didik Rubianto.
Tak sampai di situ di hari yang sama Kementerian Pertanian RI melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) menyalurkan bantuan guna Optimalisasi Lahan Kering (OPLA) di Gunungkidul senilai Rp5,685 Miliar.
penyerahan bantuan OPLA kepada 40 Gapokta se Gunungkidul oleh Kepala DPP Ir. Bambang Wisnu Broto di saksikan Bupati dan Wakil Bupati Gunungkidul
Kepala DPKP DIY, Ir.Sugeng Purwanto, MMA saat penyerahan mengatakan, bantuan tersebut diberikan kepada 40 kelompok tani (Poktan) yang tersebar di Gunungkidul. Masing-masing Poktan menerima Rp142.125.000.
“Tantangan yang muncul akibat pandemi Covid 19 diantaranya kemiskinan, ketimpangan, pengangguran dan ketahanan Pangan. Maka perlu diantisipasi dengan cermat. Solusi pada daerah spesifik lahan kering salah satu upaya pemerintah dengan Kegiatan OPLA yang termasuk dalam kegiatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Tahun Anggaran 2021,” kata Sugeng Purwanto di hadapan 40 Gapokta penerimaan bantuan OPLA bertempat di ruang rapat Handayani komplek Sekretariat Daerah (Setda), Senin (9/8).
Sugeng Purwanto menyebutkan, adapun tujuan kegiatan OPLA yakni meningkatkan indeks pertanaman atau meningkatkan produktifitas tanaman pangan/ perkebunan/ hortikultura serta meningkatkan partisipasi Poktan dalam mengelola lahan pertaniannya.
Sebagaimana data luas lahan sawah milik BPS dan Kementrian ATR/BPN tahun 2019, luas lahan Kabupaten Gunungkidul mencapai 31.973 hektar (atau sekitar 42%) dari total luas lahan daerah Istimewa Yogyakarta 76.273 hektar.
WAP
Post a Comment