Info Penting : Rekayasa Lalu Lintas Malioboro Akan Diberlakukan Mulai Selasa Besok
Plt. Kepala Dinas Perhubungan DIY Ni Made Dwi Panti Indrayanti menuturkan Kawasan Malioboro saat ini sedang diajukan sebagai bagian dari World Heritage ke UNESCO. “Penataan transportasi menjadi salah satu poin penting dimana kondisi sekarang kita semua tahu bahwa Malioboro adalah pusat ekonomi di Kota Yogyakarta crowded, macet, sehingga perlu adanya penanganan rekayasa dan manajemen lalu-lintas. Tujuannya agar benar-benar Malioboro bisa mendukung fungsi-fungsi yang diharapkan dalam rangka menuju World Heritage tersebut. Jadi, kami harapkan dukungan semua masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap uji coba ini,” jelas Made.
Made berujar bahwa saat uji coba, pemberlakukan rekayasa lalu lintas dilakukan dengan skema giratori atau berlawanan arah jarum jam.
“Akan berlaku satu arah, khusus di sekitar Kawasan Malioboro, yakni Jalan Mayor Suryotomo, Jalan Mataram, Jalan Abu Bakar Ali, Jalan Pembela Tanah Air, dan Jalan Letjen Suprapto. Untuk Jalan Malioboro, kami hanya memperkenankan kendaraan tidak bermotor yang boleh melintas, kecuali bus Trans Jogja, kendaraan kepolisian, kendaraan layanan kesehatan, pemadam kebakaran dan kendaraan patroli. Harapannya memang ini akan mendukung penataan secara tertib transportasi yang memang menjadi bagian dari rekomendasi, dari dossier tim kebudayaan untuk mendukung kawasan filosofis ini,” imbuhnya.
Selain itu, Made menyatakan bahwa nantinya masyarakat juga diharapkan dapat merasakan manfaat adanya rekayasa lalu-lintas ini.
“Masyarakat nantinya diharapkan dapat merasakan bagaimana kenyamanan yang ada di sana khususnya yang melintas di Jalan Malioboro karena memang sudah tidak terganggu lagi dengan kebisingan. Sehingga, bisa berjalan dengan tenang menikmati aktivitas perekonomian yang ada di sana. Untuk pejalan kaki, kami juga membagi alurnya. Untuk yang ke arah selatan, maka berada di sisi timur. Sedangkan untuk yang ke arah utara, ada di sisi barat,” tambah Made.
Pada saat dimulainya uji coba, Selasa (03/11), rekayasa lalu-lintas di Jalan Malioboro diterapkan mulai pukul 11 pagi hingga 10 malam. Sedangkan jalan di luar Malioboro akan berlaku selama 24 jam.
Made menjelaskan, “Meski demikian, karena uji coba dilakukan sekitar dua minggu lamanya, perberlakuan satu arah untuk jalan selain Malioboro akan kami berlakukan 24 jam. Tetapi untuk Jalan Malioboro setelah tanggal 3 November, rekayasa lalu-lintas dilakukan dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam. Oleh karenanya, waktu loading barang untuk aktivitas ekonomi yang ada di kawasan Malioboro dapat dilakukan setelah jam 10 malam sampai dengan sebelum jam 6 pagi. Kami ingin tetap membantu semua aktivitas yang nantinya berjalan termasuk membantu PKL yang ada di sana, karena akan banyak wisatawan yang datang menikmati. Semoga ini dapat juga menumbuhkan perekonomian”.
Ketersediaan Kantong Parkir
Disinggung mengenai ketersediaan kantong parkir di Kawasan Malioboro, Made beranggapan bahwa hal tersebut tentunya telah menjadi pemikiran bersama. “Kita membutuhkan ruang parkir karena seberapapun ruang parkir yang kita sediakan sepertinya tidak akan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebenarnya sudah ada kantong kantong parkir yang sudah disediakan baik itu yang ada di Abu Bakar Ali kemudian Ngabean, di Pasar Sore dekat Beringharjo, lalu di Ramai Mall. Kalau mungkin dilihat dari sisi jumlah, tidak bisa memenuhi seluruh kapasitas yang diinginkan oleh masyarakat. Harapan kami kemudian adalah pemanfaatan angkutan umum, tidak hanya untuk warga Jogja saja tetapi untuk wisatawan,” tukas Made.
Di samping itu, Made mengatakan juga pihaknya tidak akan memenuhi kebutuhan parkir kendaraan sesuai harapan masyarakat. Ujar Made, “Terus terang tidak bisa seberapapun kita akan menyiapkan karena kebutuhan orang berkendara itu, apalagi memiliki kendaraan itu juga kita tidak bisa membatasi satu keluarga hanya satu kendaraan, yang bisa kami batasi adalah mengatur perjalanan mereka”.
Harapan Made, uji coba ini adalah uji coba terakhir sebelum Malioboro akhirnya menjadi kawasan pedestrian murni. “Selama diberlakukan uji coba, kami akan melakukan monitoring dan evaluasi (monev). Kami mohon dukungan dari masyarakat, walapun memang tidak bisa semua masyarakat pro, tentu ada yang kontra karena mungkin ada juga kepentingan-kepentingan yang terganggu dengan adanya program ini. Kami yakin, semua ada jalan keluarnya. Kita harus mendukung kondisi kota kita itu nyaman aman apalagi mengingat Malioboro berada di sumbu filosofis, yang menjadi bagian dari kawasan World Heritage,” tutupnya. [vin]
Post a Comment