Kue Kembang Waru, Kuliner Legendaris sejak Abad ke-17
KOTAGEDE, (JogjaBerkabar.Com) - Di kawasan Jogja pernah ada dua kerajaan yg berjaya pada jamannya. Pertama kerajaan Mataram Kuno (Budha-Hindu) pada abad ke 8 dan kerajaan Mataram Islam di abad ke 17. Keduanya terpisah dan berbeda jaman. Keduanya memiliki peninggalan masing-masing sebagai penanda jamannya.
Untuk peninggalan Mataram Islam, salah satunya adalah kuliner tradisional berupa kue kembang waru, yang bisa dijumpai di kawasan ibu kota pertama kerajaan Mataram Islam, yakni Kotagede. Pusat pembuatannya di kampung Bumen. Disana ada sekitar 20 pengrajin/produsen kue kembang waru. Salah satunya yang paling awal memulai usaha ini adalah Basiran Basis Hargito.
Nama kembang waru disematkan pada nama roti ini karena bentuknya mirip bunga pohon waru. Ini terjadi karena jaman dahulu di kawasan keraton Kotagede, banyak dijumpai pohon waru yang sering berbunga. Maka karena bentuknya yg unik, oleh masyarakat ditiru bentuknya. Jaman dulu, kue ini disajikan di lingkungan keraton ketika ada acara hajatan seperti mitoni, selapanan, lamaran, mantenan dan acara hajatan ritual lainnya.
Sejak tahun 1983,Pak Bas demikian panggilannya, mulai memproduksi kue jadul yang sudah mulai dilupakan orang ini, dengan tetap mempertahankan taste cita rasa jaman baheula. Memang terjadi pergeseran bahan baku. Dulu, pada awal abad ke 17, ketika mulai awal dibuat, kue ini berbahan baku tepung ketan dan telur ayam kampung. Tapi kini menggunakan bahan tepung terigu dan telur ayam petelur, Sementara untuk pewanginya, dulu menggunakan daun pandan, kini memakai vanili. Kendati demikian, cita rasa dan aromanya tetap dipertahankan.
Untuk mempertahankan rasa dan aroma asli, cara memasaknya, pak Bas masih masih menggunakan oven manual dengan perapian dari arang kayu, disaat yang lain sudah menggunakan kompor gas dan minyak.
Oven manual dengan cara memberi perspian arang di atas dan dibawah adonan kue. Namun, kekunoan cara memasak ini justru menjadikan kue ini berasa empuk, aromanya sedap dan rasanya gurih manis.
Pokoknya rasanya maknyus Inilah kuliner legendaris mewah yg ada sejak jaman kerajaan Mataram Islam yang terlestarikan sampai kini. Apakah Anda pernah merasakan sensasi Kue berusia tua ini? Kalau belum silakan mencobanya. Harga persatuannya hanya sekitar 2 ribu rupiah saja. Murah tapi bukan murahan. Ini termasuk kue mewah legendaris. (Sus/Red)
Post a Comment