dr. Ida Rochmawati : Tidak Hanya Rocker, Para Nakes Juga Manusia
GUNUNGKIDUL,(JB) - Seruan empati untuk teman teman tenaga kesehatan di Gunungkidul dan dimanapun berada yang saat ini positif Covid-19.Sejujurnya saya jarang menyampaikan suara hati saya di medsos tentang bagaimana petugas kesehatan berjibaku di garda belakang menghadapi Covid-19.
Saya katakan garda belakang karena sebenarnya garda depan adalah masyarakat umum. Jika masyarakat bisa menjaga diri, tak perlu petugas kesehatan menangani.
Ada beberapa alasan
1. Banyak teman sejawat saya yang sudah menyuarakannya dan saya merasa belum melakukan apa apa dibanding mereka yang terjun dilapangan maupun yang merawat langsung.
2. Sebagai cara saya untuk menjaga hati, karena saya tidak ingin mengotori pikiran dan perasaan saya sendiri dengan emosi negatif saat membaca komentar yang mendiskriditkan teman teman tenaga kesehatan. Mulai soal konspirasi, isyu tenaga kesehatan mendapatkan keuntungan dari pandemi, ingin disebut pahlawan dan lain sebagainya. Yang terbaru tentang seorang artis ditangkap POLDA Bali atas ujaran kebencian yang menyampaikan "maaf" , IDI Kacung WHO, sehingga yang bersangkutan saat ini diproses hukum.
3. Saya ingin mengetuk hati nurani masyarakat dan mengajak merekalah yang menyuarakan dengan kejernihan pikiran mengapa perlu mematuhi protokol pemerintah tentang pencegahan Covid-19
Namun kenapa kali ini saya bersuara, karena berita terbaru banyaknya tenaga kesehatan di Gunungkidul yang positif Covid-19 membuat saya terusik. Terlepas dari mana sumber terpaparnya, dengan atau tanpa gejala, saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan karena saya juga bagian dari mereka. Jumlah tenaga kesehatan sangat sedikit dengan kemampuan sarana dan prasarana terbatas. Apabila sekian puluh tenaga kesehatan positif saat bersamaan tentu berdampak pada pelayanan. Dari hari ke hari jumlah tenaga kesehatan yang wafat karena terpapar Covid-19 makin bertambah, itu artinya semakin berkurang pasukan kami tidak sebanding dengan datangnya pasukan baru. Sementara peperangan belum usai malah makin sengit dan kami tak mungkin lari dari medan perang seperti pecundang.
Tenaga kesehatan adalah kelompok rentan yang terpapar Covid-19 termasuk berisiko mengalami burnout. Burnout syndrome adalah salah satu kondisi stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Itu sebabnya, kondisi kesehatan yang satu ini juga dikenal sebagai occupational burnout atau job burnout. Bila kondisi tersebut terus terjadi dan dibiarkan, biasanya seseorang mulai kehilangan minat pada pekerjaan dan tak lagi termotivasi untuk terus melakukannya. Produktivitas kerja pun jadi menurun. Dilansir dari situs Mayo Clinic, beberapa ahli menyebutkan bahwa kondisi psikologis lain, seperti depresi, yang melatar belakangi terjadinya stres akibat pekerjaan ini. Namun, beberapa penelitian juga menyebutkan mereka yang menunjukkan tanda-tanda burnout syndrome, mengaku bahwa pekerjaan mereka bukan semata mata penyebabnya.
Namun ada baiknya kita ketahui tenaga kesehatan memiliki double burden (beban ganda) dalam menghadapi Covid-19. Di satu sisi sebagai manusia biasa mereka juga khawatir akan keselamatan diri dan keluarganya sementara itu mereka juga harus memikirkan pasiennya. Di sisi lain tenaga kesehatan juga harus tetap menjalankan perannya sebagai suami, istri, ayah, ibu, anak dan anggota masyarakat sama seperti orang yang lain.
Tidak ada maksud membandingkan beban tenaga kesehatan dengan masyarakat umum yang saya yakin juga terdampak dari sisi apapun dengan adanya pandemi ini. Tetapi yang ingin saya tekankan sekali lagi adalah, jumlah tenaga kesehatan terbatas sedangkan masyarakat umum jumlahnya tak terbatas. Sementara kita tidak pernah tahu kapan pandemi berakhir.
Kebutuhan kami bukan dipuji atau dikasihani, cukuplah kita semua menjaga diri dengan mengikuti protokol pemerintah untuk mencegah Covid-19.
Saya yakin tenaga kesehatan di Gunungkidul dan dimanapun berada masih tetap bersemangat bersama pemerintah dan masyarakat menanggulangi Covid-19.
🇮🇩 Tetap berjuang teman temanku tenaga kesehatan..warisi semangat para pahlawan meraih kemerdekaan!
#semangatNakesGK
Oleh: dr. Ida Rochmawati
Psikiater anggota IDI Gunungkidul dan anggota PDSKJI Yogyakarta.
Post a Comment