Yogya Kejar Predikat Kota Layak Anak Dunia, UNICEF Soroti Klitih
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa, Arie Rukmantara, saat ditemui seusai acara Rembuk Warga 'Kolaborasi Menuju Jogja KLA Istimewa' di Yogyakarta. Menurutnya, maraknya aksi klitih cukup berisiko bagi penilaian Kota Yogyakarta untuk mengejar KLA.
"Kota Yogyakarta mengejar KLA dari pemerintah RI pada Hari Anak Nasional dan di internasional CFCI akhir tahun nanti di forum wali kota dunia. Akan menjadi risiko untuk mengurangi nilai kalau tidak ketemu solusinya," kata Arie, Kamis (6/2/2020).
Namun Arie menyebut penilaian KLA tidak sebatas melihat jumlah kasus klitih yang marak terjadi ini. Tapi lebih kepada bagaimana cara penanganan oleh pemerintah setempat.
"Diukur adalah cara penyelesaiannya. Misal satu kasus diselesaikan dalam beberapa hari, kalau sistem bagus bisa 7 jam, 24 jam. Itu yang menunjukkan apakah Kota Yogyakarta bisa masuk KLA, dilihat dari cara menanganinya, cepat, efisien, dan efektif," katanya.
"Lihat prosesnya, rembuk, jaring ide dari anak-anak. Katanya akan ada deklarasi anti klitih, itu yang diapresiasi, nilainya di situ," lanjutnya.
Menurutnya, kekerasan jalanan mungkin saja masih akan terjadi. Tapi proses masyarakat terutama anak-anak yang bereaksi secara positif yang akan menjadi penilaian.
"Penilaian tidak pakai indikator angka kasus, misal ada 200 kejahatan tapi ada respons seribu anak yang anti (kejahatan), itu yang dinilai reaksi seribu anak itu. Di Yogya komunitas sangat kuat, gerakan sosial, banyak yang bisa untuk menyuarakan," paparnya.(red)
Post a Comment